BERSATU DENGAN DHOMAH


BERSATU UNTUK MENJADI KUAT

فارفع بضم وانصبن فتحا وجر كسركذكرالله عبده يسر
“Maka baca rafalah kamu sekalian dengan harakat dhomah, dan baca nasablah dengan fathah, serta jarkanlah dengan harakat fathah seperti “Dzikrullahi Abdahu Yasur “(Mengingat Allah Seorang Hamba Akan Menjadi Senang)”
Ini adalah salah satu bait nadhom dalam kitab Alfiyah (kitab yang berjumlah 1000 nadhom) karya Syaih Ibnu malik, saya pernah belajar kitab ini namun belum sampai paham bahkan sudah lupa sampai berapa nadhom saya sudah belajar, akh kayanya baru samapi pada bab mengenai isim nakiroh dan ma’rifat. Duh aku rindu belajar, aku rindu di ajar, aku rindu guru, aku rindu sahabat, aku rindu di tanya dan bertanya, aku rindu dhorof makan dan dhorof zaman, namun aku sadar ini hanya sebuah tamanni diri (berharap sesuatu yang tidak mungkin terjadi) seperti ketika kita menginginkan mejadi muda kembali dan bukan sebuah seroja (li tarroji) harapan yang susuah tapi bisa di wujudkan.
Nadhom ini mengingatkan akan seorang kenalan yang mengartika demikian “untuk menjadi orang yang besar maka harus berkumpul/berteman dengan orang – orang besar pula, selanjutnya sesudah menjadi besar harus mau mengingat ALLAH (yang Di Atas), dan selanjutnya tidak lupa harus melihat orang – orang yang ada di bawah (menolong dan membantu orang – orang yang tak mampu)". Duh aku merasa ternyata diri ini masih belum ada apa-apanya di banding orang – orang yang ada di sana, tuh di pondok – pondok pesantren, di kobong-kobong pengkaji kitab, di mesjid – mesjid penghapal kitab.
Nadhom ini pun telah membawaku ke masa lalu, ketika sang guru memberikan mauidhoh hasanahnya dalam rangka Maulid Nabi Muhammad SAW bertahun tahun yang lalu, beliau berucap dengan nada khas sebagai seorang da’i. Farfa…. , menurut beliau untuk menjadi kuat (tinggi/rafa), maka kita harus mau bersatu dengan sesama muslim/mu’min dalam ukuwah islamiyah, karena dalam sebuah hadits di sebutkan “seorang mu’min dengan mu’min lainnya adalah seperti sebuah pondasi bangunan yang saling menguatkan satu sama lainnya”, bangunan tersebut tidak akan berdiri tanpa pondasi yang saling bersatu, demikian juga dengan islam tidak akan menjadi kuat dan tinggi di hadapan musuh tanpa adanya persatuan (rafa dengan dhomah : tinggi dengan persatuan).  Kemudian setelah bersatu, umat islam di syaratkan harus selalu istiqomah dalam persatuan tersebut (istiqomah di jalan Allah), jadi ingat kisah ketika perang uhud dahulu,  ketika pasukan pemanah umat muslim tidak mengikuti perintah Baginda Nabi SAW untuk istiqomah menjaga benteng yang telah di tentukan, yang selanjutnya kita tahu apa yang terjadi umat muslim mengalami kekalahan, nah untuk itu di perlukan istiqomah untuk persatuan (nasab dengan fathah : menjaga dengan istiqamah), dan akhirnya di harapakan semua umat islam menjadi umat yang selalu wara merendah dalam mengingat karunia Allah, tidak menjadi  takabur ketika menjadi orang yang berpangkat melainkan selalu bertawakal setelah berusaha agar berakhir dengan menjadi hamba – hamba yang selalu berpikir, berdzikir menjadi orang – orang yang senang dan gembira menjalani taqdir, berserah diri di hadapan Illahi Rabb (jar dengan wara, juhud di jalan Allah).
Ini hanya sesuatu yang keluar dari ingatan penulis akan arti sebuah nadhom yang pernah di sampaikan oleh sang guru dalam suatu mauidhoh hasanahnya yang di maknai dengan kehidupan dewasa ini, dan benar apa yang di katakan “Sesuatu yang salah itu keluar dari kesalahan pribadi manusia (kesalahan diri) dan yang benar itu selalu datang dari Allah SWT.”
Wa Allahu A’lam

(di tulis ketika teringat masa lalu tentang nadhom alfiyah)

BERSIKAP LURUSLAH KAMU


BERSIKAP LURUSLAH KAMU

Bismillahi… nadhom kehidupan ini saya sampaikan …..
Suara adzan keluar dari corong TOA (speaker) mushola manbau’l qur’an tepatnya jam 19.30 waktu Indonesia setempat yang di serukan oleh salah satu santri mushola Saudara Hariri yang suaranya paling bagus di mushola saat itu, bertanda sholat isya telah datang dengan pelan tapi pasti mengajak para santri untuk segera membasuh kekerdilan diri untuk menghadap Illahi Rabb penguasa alam maya pada beserta gemintang yang naun jauh disana. Sang Imam sekaligus pemimpin mushola pun tiba di sambut iqomat oleh muadzin yang tadi menyerukan sholat, kami pun berusaha hudurul qalbi menghadap Illahi Rabb, dua kali aamiin kami ucapakan seraya berharap bisa menjadi orang – orang yang selamat dari orang – orang sesat dan menyesatkan.
Setelah sholat Isya  berakhir dengan  sholat sunnahnya, kami pun menginjak ke waktu penting waktu itu, yaitu belajar. Bukan kebetulan sekali lagi bukan kebetulan saya bersama teman sebaya seusia SLTP akan belajar mengenai ilmu tata bahasa arab istilah kerennya ILMU NAHWU, dari kalam sampai syarat-syaratnya telah kami lalui, kami belajar dengan sang ustad menuliskannya di papan tulis dan kami menuliskan di buku masing – masing, sama seperti zaman dulu arti perkata dari kitab tersebut (Ajjurumiyah) di tulis miring dari kanan atas kekiri bawah seperti garis miring dengan arti bahasa jawa, yang konon mengikuti ulama yang hidup di tanah jawa.
Pelajaran pun di terangkan begitu gamblingnya oleh sang ustad “Irab adalah rubah harakat akhir dari sebuah kalimat di karenakan adanya amil – amil yang masuk baik rubah lafad atau kira – kiranya”, sesudah sang ustad selesai menerangkan dan memastikan kami semua mengerti, kami di suruhnya membaca pelajaran tersebut bersama-sama (biasanya sang ustad berkata “baca sampai mati” di sambut gelak tawa dari para santri), saya dan para santripun membacanya seperti biasa dengan nada khas, namun kali ini temen saya sebut saja si “karto” dan “Warsadi” membacanya tidak sesuai dengan kaidah yang telah di tentukan sang ustad, tentu saja yang mendengarkan akan geleng – geleng kepala karena memang tidak sesuai, saya dan para santri tidak menyangka bahwa sang ustad belum pulang (rumahnya lumayan jauh dari mushola), kontan saja plakkk …. plakkk… plakk sampai sepuluh kali (ada sepuluh santri waktu itu), sang ustad memukul kami para santri dengan sepotong kayu kecil masing – masing satu kali… duh tidak sakit tapi ini adalah pendidikan, saya baru sadar sang ustad menginginkan agar para santri bisa berlaku lurus, baca sesuai dengan kaidah, katakan yang haq itu haq yang bathil itu bathil, seperti kholifah umar yang berpesan kepada pemimpin wilayah dengan garis lurus di atas sebuah tulang. Saya dan beberapa teman yang tidak ikut –ikutan juga mendapat pukulan kecil karena tidak bisa mengingatkan, dus jadi ingat “Sebuah bencana akan di timpakan kepada seluruh wilayah yang di sana terjadi kemungkaran baik kepada yang melakukan atau pun tidak (di karenakan tidak mau mengingatkan dan berdakwah kepada yang melakukan kemungkaran tersebut)”.


Memang orang – orang dulu memiliki system pendidikan yang luar biasa, konon pernah ada seorang santri yang pernah di pukul dengan kayu karena memang salah, namun tetap bersikeras belajar dan belajar tidak merasa sakit bahkan makin semangat, mungkin tidak akan terjadi di masa sekarang yang malah kalau ada seorang anak didik di pukul rotan kecil pasti langsung akan di adukan ke polisi dengan tuduhan kekerasan pada anak, yang padahal mungkin dengan cara di pukulah seorang anak didik akan bersikap lurus, disiplin, patuh pada aturan, yang tentunya di pukulnya dengan tarap kewajaran tidak kelewatan, saya berdo’a semoga saya dan teman – teman waktu itu bisa bersikap lurus mengikuti jejak para Alim Ulama pewaris para Nabi.
فما لنا إلاّ اتباع أحمد٭فماابيح إفعل ودع مالم يبح
Tidak ada yang pantas  bagi kami selain mengikuti Nabi Muhammad SAW, maka lakukanlah apa yang diperbolehkan dan tinggalkanlah apa yang tidak diperbolehkan


(di tulis setelah melihat kitab ajjurumiyah, mengingat masa lalu)

MEMENUHI JANJI


Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.   (S. Al Israa : 34)
Waktu itu hari telah mengundang mentari untuk mengepakan sayap takdir menyinari seluruh pelosok bumi para pejuang, Jakarta adalah tempat orang – orang berusaha berjuang menentukan nasib untuk kehidupan dunia maupun nasib untuk kehidupan akhirat (hidup di Jakarta memerlukan kekuatan iman untuk berjuang), tepatnya di hari pertama setelah hari minggu yang jatuh pada tanggal 22 Maret 2010, yang kebanyakan orang – orang kantoran tidak menyukai hari ini “I Don’t Like Monday” katanya, selain hari itu jatuh setelah masa liburan yang biasanya dihabiskan untuk refreshing dan jalan- jalan,  tentunya melelahkan dan membutuhkan tambahan hari untuk beristirahat, dan umumnya pada hari ini segudang pekerjaan yang belum terselesaikan dihari sebelumnya(sabtu dan minggu) akan bertambah. Lain soal dengan diriku yang sudah terbiasa bekerja pada hari libur (maklum kerja di bagian operasional), pada hari senin sama seperti hari sebelumnya tidak ada acara liburan dan jalan – jalan, ibarat makanan hari senin sudah menjadi santapan sehari – hari dan tidak ada masalah untuk menjalani pekerjaan di hari itu, meski kadang – kadang ada malasnya juga, namun ternyata 5 hari kedepan di mulai hari senin itu aku mendapatkan cuti kerja yang seharusnya di mulai hari minggunya,  molor satu hari sebab temanku mendadak cuti karena mertuanya meninggal dunia.
“Jika telah datang ajalnya sesorang, maka tiada seorang pun yang mampu mengakhiri dan tiada seorang pun yang dapat mendahulukannya”
Hari itu aku buka jendela pagi dan ku buka pintu kamar kostan seraya bertekad hari ini aku harus jadi pulang ke kampung, tuk menepati janji kepada temanku menghadiri pernikahaannya, Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad(janji) itu (S. Al Maa’idah : 1).” setelahnya ku ambil pakaian yang ku jemur sehari sebelumnya, dan kusiapkan semua yang ingin aku bawa kedalam tas ransel usangku meski tidak seperti ketika aku mau pulang tahunan (setiap setelah hari raya idul fitri). Waktupun beranjak sampai jam 10 siang, aku pun meninggalkan kostan kecil yang kusewa bersama temanku di dekat tempat kerjaku (menteng dalam di daerah kuningan dekat komplek taman rasuna punyanya bakrie), dan tujuan pertamaku adalah kontrakan bibiku di Lebak Bulus sekalian aku akan berangkat dari terminal lebak bulus, ku kunci pintu kostan seraya berkata dalam hati sampai berjumpa kembali lima hari mendatang kutinggalkan engkau untuk beberapa hari dan seraya berdo’a semoga semua akan baik-baik “Bismillahi Tawakaltu ‘Ala Allahu Wala haula wala quwata illa billah”.
Dengan semangat di dada, ku telusuri jalanan rumah – rumah dekat kostanku menuju jalan besar Jalan H. Rasuna Said untuk mendapatkan mobil metromini yang akan mengantarku ke kontrakan bibi di Lebak Bulus, ku tatap seluruh jalanan yang aku lewati serasa berkata dalam hati sampai ketumu lagi minggu depan hai warteg tempatku makan, duh mesjid Al bakrie aku ingin pulang sebentar menemui Eumang, Eumih (panggilan untuk Bapak dan IBu di daerah asalku), aku pasti merindukan keramaianmu (mesjid Al bakrie selalu diramaikan oleh karyawan – karyawan dan penduduk setempat.
Tidak samapi seperempat jam aku sudah sampai di jalan besar H.Rasuna Said, di depan pasar festival aku menunggu mobil kopaja P.20 jurusan lebak bulus – senin (pasar senen), padahal waktu itu jalan lagi macet - macetnya dan terpikir olehku untuk naik bus way saja biar cepat sampai meski harus dua kali naik kendaraan, namun pikiran keduaku tidak mengijinkannya, sahutnya lebih enak macet – macetan, kan sambil menikmati perjalanan jakarta yang sudah biasa macet sembari melihat gedung – gedung yang akan di tinggalkan untuk beberapa hari kedepan, dan akhirnya aku dapatkan juga kopaja P.20 yang masih cukup bagus catnya, ku naiki kopaja itu sambil mengucap Bismillah, Alhamdulillah ternyata masih ada bangku yang kosong, aku pun duduk dengan senang dan bersiap – siap memerikasa gedung-gedung tinggi di sepanjang jalan lebak bulus – kuningan yang kadang selalu mengusik naluri kecilku, “akh ngapain juga di jakarta banyak gedung tinggi – tinggi padahal penghuninya tidak memiliki etika yang tinggi dan buktinya masih banyak gelandangan yang sengsara di kolong – kolong jembatan ibu kota.
Ku amati gedung - gedung  dan jalanan yang kulalui meski tersendat – sendat karena jalanan macet dan itu mengusik niatku untuk melihat jalanan sepanjang perjalanan kelebak bulus, seingatku dulu waktu tahun 2004 jalanan tidak macet separah sekarang, benar kata orang kendaraan bertambah namun tidak di tunjang dengan lebar jalan yang masih sempit dan kadang harus berdesak – desakan antara pengendara yang satu dengan yang lain. Lah memang Jakarta tempatnya macet … bung! Kalo nggak macet bukan Jakarta namanya sergah otak kecilku. Dari pada melihat kemacetan mendingan baca buku pintaku dalam hati, ku buka ranselku dan ku ambil buku novel yang di beli di senayan pada acara Islamic book fair 2010 seminggu yang lalu, kalo tidak salah judulnya “Sabda Cinta”, yang berisi tentang seorang novelis terkenal yang ingin mencari pengalaman hidup yang sebenarnya dan mencari cinta bersama kedua temannya.
“bahwasanya aku bersama hati dan tubuhku menginginkanmu…. “, akh aku ingin mencintaimu sampai kapan pun bahkan sampai engkau menjadi abu sekalipun aku akan mencintaimu” (bukan isi yang sebenarnya dalam novel sabda cinta) , lebih bagus anda membacanya sendiri.. bagus loh!
Tak terasa  novel tersebut telah membawaku sampai di depan poin square lebak bulus, tempat di mana aku harus turun dari mobil tuk menuju kontrakan bibiku yang berada tak jauh di belakang mall tersebut, aku pun turun seraya berucap Alhamdulillah. Aku bergegas ke tempat kontrakan bibiku dan berencana membeli sesuatu dari giant di poins square untuk di bawa pulang kampung meski bukan oleh – oleh, hanya  peralatan mandi seadanya, alias sabun, sikat gigi dan shampoo sebab ku pikir di rumahku pastinya peralatan tersebut sudah habis.
Setelah sampai di kontrakan, ku bertanya pada bibiku, kira- kira pulang kampungnya bawa oleh-oleh apa ya?, ngga usah repot bawa oleh-oleh sahut bibiku, kan cuma mau menghadiri hajatan doang! Tidak seperti pas lebaran tiba, yang harus repot bagi – bagi ke tetangga sebelah.
Akhirnya rencana semula aku jalankan, aku hanya membeli peralatan mandi seadanya untuk akau bawa pulang, tanpa membeli oleh-oleh buat adik-adik dan keluarga toh di sana lagi musim banyak makanan. Setelah habis dari poins square aku pun menyiapkan segala bawaan dalam tas ranselku yang sudah robek dalamnya, yang rencananya sehabis sholat dzuhur aku harus sudah ke terminal lebak bulus soalnya kata bibiku jam satu atau jam dua biasanya mobil jurusan lebak bulus – kuningan berangkat (bukan kuningan jakarta loh… tapi kuningan jawa barat, rumahku melewati jalur tersebut).
Waktu dzhuhur pun tiba, aku bergegas mengambil air wudhu dan mendirikan sholat menghadap yang memiliki ruang dan waktu Allah SWT, kemudian sehabis itu aku pamit pada bibiku sekitar jam satu sore, untuk segera ke terminal lebak bulus, ku ucapkan salam dan langsung mengejar waktu ke terminal takut – takut ketinggalan mobil, wal hasil aku sampai di terminal dan ternyata masih ada beberapa mobil yang biasa ke kuningan yang berjejer yang Nampak kosong di terminal besar itu, takut sudah ketinggalan aku bertanya pada petugas terminal, Pak permisi mobil yang ke kuningan  baru berangkat ya? Tanyaku, belum yang itu tuh ntar jam dua berangkat, jawab pak petugas sambil menunjuk mobil bus luragung jaya yang bertuliskan revoli lebak bulus- kuningan. Aku langsung meninggalkan pak tua itu dan naik ke bus yang di tuju setelah memberi uang 500 rupiah sebagai uang masuk terminal, jangan kaget kalo anda masuk ke terminal lebak bulus pasti dimintain uang 500 rupiah sebagai tanda masuk mungkin.
Di dalam mobil ternyata belum banyak penumpangnya kira – kira hanya dua sampai tiga orang saja, wah alamat bakal lama berangkatnya, sambil menunggu keberangkatan aku pun kembali membuka ransel murahku dan ku ambil novel sabda cinta yang belum selesai aku baca. Sedang asyik – asyiknya membaca datang seorang pedagang asongan “Kang yang dingin buat persiapan” katanya sambil menyodorkan sebotol air mineral, ku pikir-pikir akhirnya beli juga deh… harganya 3000 rupiah lebih mahal seribu di banding di warung – warung, tapi ga apalah.. yang penting dingin. Setelah satu jam, mobil bus tersebut mulai di penuhi denga para penumpang yang akan pulang ke kampungnya, namun sudah sampai jam 3 belum juga ada tanda-tanda mau berangkat, dalam hati berkata wah kayanya mendingan sholat ashar dulu kan tinggal seperempat jam lagi, ketika adzan ashar memanggil aku langsung pergi ke mushola yang ada di terminal tersebut dengan keyakinan bahwa mobil tidak akan berangkat sampai jam empat. Setelah sholat aku kembali ke mobil yang ku titipkan ranselku dan tenyata masih setia menunggu para penumpang yang ingin pulang ke kampung, tak berapa lama mobilpun di nyalakan tanda siap-siap untuk berangkat, Alhamdulillah tinggal sholat maghrib yang harus aku jama takhir dengan sholat isya sesampainya aku di rumah.
Dengan gayanya yang serba cepat, bus melaju dengan gagahnya sesekali mengeluarkan bunyi klakson membuat kaget kendaraan di depannya, maklum lah konon luragung jaya sudah terkenal dengan bunyi klaksonnya. Di sore itu aku pulang kampung dengan segudang perasaan entah senang, tenang atau gelisah yang jelas aku pulang dengan maksud ingin melaksanaakan kewajiban pada sesama saudara. Dalam perjalanan akupun tertidur entah sampai mimipi atau tidak yang jelas tidurku terasa nyenyak sampai – sampai tak terasa waktu maghrib memanggil dan akupun tidak bisa berbuat apa selain berniat menjama takhir setelah sampai di rumah, di kampung kecilku.
Hampir enam jam di perjalanan, kurang  lebih jam 10 kurang aku sudah sampai di pabuaran, salah satu pasar besar di kotaku, ku ambil handphone di saku dan ku kirim pesan ke adikku supaya aku bisa di jemput di jembatan Ambit – Waled, karena memang aku akan turun tepat di depan jembatan yang menghubungkan desa Waled dan Ambit, tetangga kampung tepencilku, adiku menyanggupinya.
Aha Alhamdulillah akhirnya aku samapai di rumah dengan selamat setelah sebelumnya adikku menjemput di tempat yang aku turun dari bus luragung jaya, ku cium tangan bundaku yang telah memapahku, tak lupa ayahanda, nenek dan adik-adikku. Aku duduk sebentar karena  aku teringat  belum sholat maghrib, langsung saja aku mengambil air wudhu untuk menyatukan  sholat maghrib di waktu sholat isya, Islam memang agama yang memiliki ruksah, sholat boleh di jama di karenakan ada sesuatu yang membolehkannay seperti karena kita menjadi musyafir, tentunya dengan tujuan perjalanan yang baik.
Hari yang dinantikan akhirnya tiba juga, salah satu orang teman sekaligus saudaraku akan menikah dengan tetangga desa bahkan tetangga kabupaten soalnya selain calon istrinya nanti berasal dari desa sebelah ternyata kabupatennya juga berbeda dengan desa dimana ia tinggal, tepatnya temanku berada di Kabupaten Cirebon, sedangkan calon istrinya berada di Kabupaten Kuningan, jadi dengan kata lain aka nada penyatuan dua suami istri, dua adat istiadat dan dua kabupaten beserta kebudayaannya, meski kebudayaannya tidak terlalu berbeda mungkin hanya logat bicara yang membedakan.
Keesokan harinya kutemui temanku, ku jabat erat tangannya sambil berucap selamat menempuh hidup baru, semoga jadi keluarga yang sakinah mawadah warahmah, meski belum berijab qabul dalam hati aku berkata aku telah menepati janjiku untuk hadir di pernikahan teman sekaligus saudaraku tinggal aku harus berjanji pada diriku sendiri untuk mencari calon pasanganku, akh menikah adalah sunah nabi yang harus di laksanakan, Nabi Muhammad SAW, bersabda “
“Nikah adalah sunnahku, barang siapa tidak menyukai sunnahku maka ia bukan dari golonganku”
Duh ya Allah berikanlah tekad dan hasrat kepada hamba untuk mencari pendamping hidup, untuk menikah demi melaksanakan sunnah nabiMu, La Haula Wala Quwata illa Billahil Aliyil Adhim, hamba tidak mau keluar dari golongan nabiMu.
Tepat jam 7 pagi di hari kedua puluh empat di bulan maret, rombongan penyambut dari calon istri telah tiba di rumah temanku untuk mengambil calon pengantin pria untuk segera menikahkan dengan pengantin wanita yang sudah menunggu dengan suka disambut getaran jantung yang selalu berdetak kencang karena akan memenuhi acara sakral di kediaman tercinta, rombongan calon pengantin pria pun akhirnya di boyong (di ambil) di antakan oleh beberapa rombongan yang ternyata berjumlah banyak, ada 10 kendaraan roda empat yang bersisi 10 sampai 15 orang permobil (maklum keluarga besar), dan belasan sepeda motor yang umumnya digunakan oleh para pemuda (teman- teman sejawat banyak yang hadir meski konon harus meninggalkan pekerjaannya di Jakarta, lah seperti aku ini).
Akhirnya setelah kurang lebih satu jam lamanya, rombongan pengantin pria sudah sampai di kediaman mempelai wanita dan tinggal acara penyerahan dan penerimaan calon pengantin pria kepada keluarga calon pengantin wanita, acara ini berlangsung kira – kira satu jam, yang kemudian memasuki acara inti dari sebuah pernikahan, yatiu ijab qabul.
Mushollah kecil tak jauh dari kediaman mempelai wanita menjadi saksi, sekaligus menjadi tempat bersejarah atas penyatuan dua insan berbeda jenis, dua pasangan untuk menempuh mahligai rumah tangga, seperti yang dicontohkan Nabi Muhamad. Ku lihat temanku sepertinya menahan dentuman jantungnya yang bedebar kencang bak suara deram yang bergemuruh karena di tabuh, dus katanya sewaktu seorang pria akan dihadapakan dengan naib yang akan menikahkannya pasti akan merasa gugup, grogi, dan tentunya berdebar jantung dikarenakan memang pernikahan adalah sesuatu yang sangat sakral, sebab di sana terdapat penyerahan tanggung jawab, suka dan sedih, susah dan senangnya, baik dan buruknya seorang wanita kepada seorang pria. (aku sebagai orang yang menyaksikan saja merasa bergetar ketika naib menikahkan temanku ini).
Atas keridhoan Allah SWT, akhirnya perniakan itu pun berlangsung dan temanku menerima pertanyaan dari naib “Jawaztuka Waankahtuka …..? dengan jawaban “Qabiltu Tajwijaha Wanikahaha Bimahri Dzalik, Haalan”, saya terima nikah dan kawinnya dengan mahar tersebut, kontan, disambut para saksi dengan ucapan “sah”. Dengan demikian mempelai wanita sudah menjadi sah dan halal bagi mempelai pria, duh selamat menempuh hidup baru kawan, selamat berbahagia engkau telah memenuhi setengah dari iman, semoga menjadi keluarga sakinah, mawadah warrahmah, dan tepatilah ikrar dan janjimu yang engkau ucapkan di depan naib, untuk menerima susah, senang, suka dan dukanya sebuah pernikahan.
Aku telah menepati janji kepada temanku, tinggal aku harus berjanji pula pada diriku sendiri untuk mencari pendampin hidup, untuk memenuhi setengah dari iman, untuk melaksanakan titah baginda Nabi Besar Muhammad SAW, semoga saja Aamiin.




Sebaik - baik Kamu

"Sebaik - baik orang diantara kamu adalah yang mau belajar Al Qur'an sekaligus mau mengamalkan isinya"

Waktu itu, di pagi hari di tahun 1999 tepatnya di sebuah desa terpencil bernama ciuyah, seorang anak remaja sebut saja nama jamash .... ia pergi mencari satu pengetahuan baru untuk kehidupan akhiratnya, di masukilah satu mushola yang di kenal di desanya bernama mushola manbaul - qur'an. Sebelum langsung menemui guru yang akan mengajarnya kelak ia terlebih dahulu berbincang - bincang dengan teman - teman seumurnya dan dari perbincangan itu terdapat ucapan yang sangat bagus, maklum teman - temannya jauh lebih dewasa dan mempunyai ilmu pengetahuan agama melebihi dari pengetahuannya, begini perkataannya "Khirukum Man Ta'alamal Qur'an Wa'allamahu", semenjak dari situ akhirnya anak remaja itu pun bertekada dan berniat untuk belajar agama lebih dalam dan ia berjanji akan rajin untuk mempelajari agama di musholla tersebut, agar ia bisa menjadi orang yang terbaik yang dapat mempelajari Alqur'an sekaligus mengamalkannya.

Wallahu A'lam
Musyafir

Lubang Hitam


Pada abad ke-20 kita menyaksikan banyak sekali penemuan baru tentang peristiwa alam di ruang angkasa. Salah satunya, yang belum lama ditemukan, adalah Black Hole [Lubang Hitam]. Ini terbentuk ketika sebuah bintang yang telah menghabiskan seluruh bahan bakarnya ambruk hancur ke dalam dirinya sendiri, dan akhirnya berubah menjadi sebuah lubang hitam dengan kerapatan tak hingga dan volume nol serta medan magnet yang amat kuat. Kita tidak mampu melihat lubang hitam dengan teropong terkuat sekalipun, sebab tarikan gravitasi lubang hitam tersebut sedemikian kuatnya sehingga cahaya tidak mampu melepaskan diri darinya. Namun, bintang yang runtuh seperti itu dapat diketahui dari dampak yang ditimbulkannya di wilayah sekelilingnya. Di surat Al Waaqi'ah, Allah mengarahkan perhatian pada masalah ini sebagaimana berikut, dengan bersumpah atas letak bintang-bintang:
Maka Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang. Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui. (QS. Al Waaqi'ah, 56: 75-76) 
Istilah "lubang hitam" pertama kali digunakan tahun 1969 oleh fisikawan Amerika John Wheeler. Awalnya, kita beranggapan bahwa kita dapat melihat semua bintang. Akan tetapi, belakangan diketahui bahwa ada bintang-bintang di ruang angkasa yang cahayanya tidak dapat kita lihat. Sebab, cahaya bintang-bintang yang runtuh ini lenyap. Cahaya tidak dapat meloloskan diri dari sebuah lubang hitam disebabkan lubang ini merupakan massa berkerapatan tinggi di dalam sebuah ruang yang kecil. Gravitasi raksasanya bahkan mampu menangkap partikel-partikel tercepat, seperti foton [partikel cahaya]. Misalnya, tahap akhir dari sebuah bintang biasa, yang berukuran tiga kali massa Matahari, berakhir setelah nyala apinya padam dan mengalami keruntuhannya sebagai sebuah lubang hitam bergaris tengah hanya 20 kilometer (12,5 mil)! Lubang hitam berwarna "hitam", yang berarti tertutup dari pengamatan langsung. Namun demikian, keberadaan lubang hitam ini diketahui secara tidak langsung, melalui daya hisap raksasa gaya gravitasinya terhadap benda-benda langit lainnya. Selain gambaran tentang Hari Perhitungan, ayat di bawah ini mungkin juga merujuk pada penemuan ilmiah tentang lubang hitam ini:


Maka apabila bintang-bintang telah dihapuskan (QS. Al Mursalaat, 77: 8)

Selain itu, bintang-bintang bermassa besar juga menyebabkan terbentuknya lekukan-lekukan yang dapat ditemukan di ruang angkasa. Namun, lubang hitam tidak hanya menimbulkan lekukan-lekukan di ruang angkasa tapi juga membuat lubang di dalamnya. Itulah mengapa bintang-bintang runtuh ini dikenal sebagai lubang hitam. Kenyataan ini mungkin dipaparkan di dalam ayat tentang bintang-bintang, dan ini adalah satu bahasan penting lain yang menunjukkan bahwa Al Qur'an adalah firman Allah:
Demi langit dan Ath Thaariq, tahukah kamu apakah Ath Thaariq? (yaitu) bintang yang cahayanya menembus. (QS. At Thaariq, 86: 1-3) 



Diambil Dari Karya Harun Yahya

Ilmu Nahwu Kehidupan



Kalam (ucapan yang baik) adalah susunan kata yang memiliki arti/berfaidah untuk orang yang mengucapkan dan orang yang mendengar ucapan tersebut (mufied), sehingga yang mengucapkan dan yang mendengarkan dapat mengambil arti / manfaat untuk kehidupan pribadinya dan ucapan tersebut sengaja di ucapkan sebagai penjelas tentang kebenarn ucapan tersebut. Adapun pembagian kalam itu terbagi kedalam tiga bagian, yaitu : Isim (Dzikir nama Allah), Fi’il (perbuatan untuk mencapai keridhoan Allah) dan Huruf (ketiadaan).



Ketinggian nama (Isim) Allah (lafadh Allah menurut para santri bahkan jumhur ulama adalah kalimat yang paling mufrod) itu bisa di ketahui (dikenal) dengan jar (rendah hati/berserah diri), tanwin (istiqomah di jalan Allah), masuknya alif lam (dzikir yang membawa kema’rifatan, masuknya huruf jar (sebab – sebab terjadinya penyerahan diri kepada Allah) dan huruf qosam/huruf sumpah (berjanji untuk tunduk kepada Allah).


Perbuatan (Fi’il) untuk mencapai ridho Illahi bisa dikenal/diketahui dengan huruf Qad (bersunggu – sungguh dalam menjalankan perintah Illahi dan menjauhi semua laranganNYa yang berlandaskan Al Qur’an Dan Assunnah), huruf syin dan syaufa (bersegera memenuhi panggilanNYa/perintahNYa untuk khusyu dalam beribadah), dan ta’ ta’nis yang mati/sukun (meninggalkan pergaulan bebas dengan perempuan yang dapat merusak hati (mematikan (sukun) hati dari cahaya Illahi).


Kegelapan (huruf) tidak adanya tanda – tanda dari isim (dzikir/penyebutan asma Allah) dan tanda – tanda fi’il (perbuatan untuk mencapai ridho Illahi), sehingga pribadi yang seperti huruf tidak akan memiliki arti jikalau ia tidak diikuti penyebutan asma allah dan perbuatan baik untuk mencapai ridho Illahi.

Perubahan Menurut Ilmu Nahwu

Assalammu'alaikum Wr. Wb.

Duh seiring dengan bergantinya tahun, baik tahun hijriyah maupun masehi, ane kayanya ingat waktu ane masih sering Ngaji... alias belajar di mushola, khususnya pelajaran Ilmu Nahwu. Ane ingat pelajaran mengenai masalah I'rob (Bhs Indonesia : Perubahan) yang bunyinya kalimat di bawah ini :





I'rob adalah rubah akhirnya sebuah kalimat di karenakan adanya beberapa amil yang masuk kedalamya, baik merubah lafadh atau taqdirnya (perkiraan).

Duh ternyata kita juga seperti kalimat yang bisa berubah dan di ubah (konotasi jelek) alias di doktrin. Begitupun perubahan kehidupan seorang manusia, kehidupan kita sering di perngaruhi oleh kondisi, keadaan,  budaya, adat istiadat dan lain - lain (amil - amil) yang dihadapi (masuk) yang akan merubah keadaan orang tersebut pada akhirnya baik akan merubah keaadan jasmani (lafadh) maupun rohani (taqdir).


Nah... berangkat dari itu, ane berpikir benar jua tuh.. ternyata Ilmu Nahwu yang diajarkan Guru kita, nyatanya masih berhubungan dengan kehidupan manusia, yang pastinya membutuhkan pendalaman dan pengajaran yang khusus.


Syukron  Pak Ustad, ane bisa belajar ilmu nahwu walau pun sedikit, mudah - mudahan ane bisa berubah pada akhirnya dengan perubahan yang lebih baik meski ane banyak menghadapi amil - amil yang sangat menakutkan.

Salam Silatur Rahmi
Katanya "Kang Opa"

Sebaik - baik orang diantara kamu ialah yang mau belajar Alqur'an dan mau mengajarkannya/mengamalkannya