BERSATU DENGAN DHOMAH


BERSATU UNTUK MENJADI KUAT

فارفع بضم وانصبن فتحا وجر كسركذكرالله عبده يسر
“Maka baca rafalah kamu sekalian dengan harakat dhomah, dan baca nasablah dengan fathah, serta jarkanlah dengan harakat fathah seperti “Dzikrullahi Abdahu Yasur “(Mengingat Allah Seorang Hamba Akan Menjadi Senang)”
Ini adalah salah satu bait nadhom dalam kitab Alfiyah (kitab yang berjumlah 1000 nadhom) karya Syaih Ibnu malik, saya pernah belajar kitab ini namun belum sampai paham bahkan sudah lupa sampai berapa nadhom saya sudah belajar, akh kayanya baru samapi pada bab mengenai isim nakiroh dan ma’rifat. Duh aku rindu belajar, aku rindu di ajar, aku rindu guru, aku rindu sahabat, aku rindu di tanya dan bertanya, aku rindu dhorof makan dan dhorof zaman, namun aku sadar ini hanya sebuah tamanni diri (berharap sesuatu yang tidak mungkin terjadi) seperti ketika kita menginginkan mejadi muda kembali dan bukan sebuah seroja (li tarroji) harapan yang susuah tapi bisa di wujudkan.
Nadhom ini mengingatkan akan seorang kenalan yang mengartika demikian “untuk menjadi orang yang besar maka harus berkumpul/berteman dengan orang – orang besar pula, selanjutnya sesudah menjadi besar harus mau mengingat ALLAH (yang Di Atas), dan selanjutnya tidak lupa harus melihat orang – orang yang ada di bawah (menolong dan membantu orang – orang yang tak mampu)". Duh aku merasa ternyata diri ini masih belum ada apa-apanya di banding orang – orang yang ada di sana, tuh di pondok – pondok pesantren, di kobong-kobong pengkaji kitab, di mesjid – mesjid penghapal kitab.
Nadhom ini pun telah membawaku ke masa lalu, ketika sang guru memberikan mauidhoh hasanahnya dalam rangka Maulid Nabi Muhammad SAW bertahun tahun yang lalu, beliau berucap dengan nada khas sebagai seorang da’i. Farfa…. , menurut beliau untuk menjadi kuat (tinggi/rafa), maka kita harus mau bersatu dengan sesama muslim/mu’min dalam ukuwah islamiyah, karena dalam sebuah hadits di sebutkan “seorang mu’min dengan mu’min lainnya adalah seperti sebuah pondasi bangunan yang saling menguatkan satu sama lainnya”, bangunan tersebut tidak akan berdiri tanpa pondasi yang saling bersatu, demikian juga dengan islam tidak akan menjadi kuat dan tinggi di hadapan musuh tanpa adanya persatuan (rafa dengan dhomah : tinggi dengan persatuan).  Kemudian setelah bersatu, umat islam di syaratkan harus selalu istiqomah dalam persatuan tersebut (istiqomah di jalan Allah), jadi ingat kisah ketika perang uhud dahulu,  ketika pasukan pemanah umat muslim tidak mengikuti perintah Baginda Nabi SAW untuk istiqomah menjaga benteng yang telah di tentukan, yang selanjutnya kita tahu apa yang terjadi umat muslim mengalami kekalahan, nah untuk itu di perlukan istiqomah untuk persatuan (nasab dengan fathah : menjaga dengan istiqamah), dan akhirnya di harapakan semua umat islam menjadi umat yang selalu wara merendah dalam mengingat karunia Allah, tidak menjadi  takabur ketika menjadi orang yang berpangkat melainkan selalu bertawakal setelah berusaha agar berakhir dengan menjadi hamba – hamba yang selalu berpikir, berdzikir menjadi orang – orang yang senang dan gembira menjalani taqdir, berserah diri di hadapan Illahi Rabb (jar dengan wara, juhud di jalan Allah).
Ini hanya sesuatu yang keluar dari ingatan penulis akan arti sebuah nadhom yang pernah di sampaikan oleh sang guru dalam suatu mauidhoh hasanahnya yang di maknai dengan kehidupan dewasa ini, dan benar apa yang di katakan “Sesuatu yang salah itu keluar dari kesalahan pribadi manusia (kesalahan diri) dan yang benar itu selalu datang dari Allah SWT.”
Wa Allahu A’lam

(di tulis ketika teringat masa lalu tentang nadhom alfiyah)

0 komentar:

Posting Komentar

Sebaik - baik orang diantara kamu ialah yang mau belajar Alqur'an dan mau mengajarkannya/mengamalkannya